Langsung ke konten utama

Mau jadi apa Indonesia ?


Helooo, i’m back.
Setelah sekian lama tidak berkawan dengan blog karena kesibukan yang tidak jelas sibuk ngapain. Hehe. Kali ini gue mau ngebahas soal fenomena yang lagi booming. Anak smp yang nekat nikah muda dengan dalih takut tidur sendirian. Dari kemarin gue udah gemes nahan-nahan supaya ga terlalu speak up, tapi kagaaa bisa, aaasli gabisa. Jadi, biarkan gue dengan lantang mengatakan if i am totally disagree sama dispensasi yang diberikan pengadilan kepada dua bocah ini.

Can you imagine guys ? Smp umur 16 sama 15 tahun. Nikah. Apa sih Dik yang kamu cari ? (Semoga Tuhan memberkahimu keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah ya. Dan semoga ga bermunculan tagline berita serupa). Aamiin. 

Oke, terlepas dari hak asasi manusia atau apapun itu. Tolong dipahami. Menikah bukan melulu soal hidup bareng, tidur ada temennya, terus bisa bebas ena-ena kaya gitu.

Disini gue juga gamau menggiring opini reader untuk jadi membenci sama keputusan bocah smp ini, karna bagaimanapun juga pasti ada reason yang kita ga pernah ngerti, atau mungkin sama media nggak di blow up.

Cuman yang pengen gue bahas disini. Kenapa lama-kelamaan mental anak muda di Indonesia makin bobrok. Bonus demografi tahun 2030 yang digencar-gencarkan pemerintah, usaha pemerintah untuk memeratakan kualitas pendidikan, effort mereka untuk ngebangun SDM di negara ini rasanya sia-sia. Apa iya menikah muda termasuk dalam salah satu upaya untuk gaining bonus demografi tahun 2030 ? 
"Ketika pemerintah sedang sibuk membangun kenapa malah masyarakatnya sibuk menghancurkan, ketika pemerintah sedang berusaha kenapa malah masyarakatnya enak-enakan." 

Sibuk mengkritisi sepertinya sudah menjadi tradisi.

Bukannya skeptis, tapi hanya mau realistis. Kalau sekarang saja sudah seperti ini, bagaimana Indonesia nanti. Rasanya ingin mengabdi dan mengedukasi ke pelosok negeri. Mengatakan kepada mereka “Dik, sekolahlah yang tinggi. Negara ini butuh kamu. 10, 20 tahun ke depan, Indonesia butuh bantuanmu.”

Dik, kalau belum bisa berkontribusi untuk negri, setidaknya tolong jangan menjadi beban negara ini. Soalnya,

Indonesia...
Terlalu sering diinjak, tapi jarang dipeluk
Terlalu sering dicaci, hampir tidak pernah dipuji
Diambil isinya, tapi tak dirawat tubuhnya
Negara ini sudah lama sakit tapi tak banyak orang yang menyadari.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Way How to Love Yourself

The Way How to Love Yourself Whoopz, finally come back. Di blog yang kadang jelas, tapi lebih banyak nggak jelasnya. Karena banyak curhatan terselubung didalamnya, eh. Hahaha. Ok, kemarin gue sempet dilema mau posting topik ini duluan atau secreto. Akhirnya gue mutusin untuk post secreto dulu, mumpung momentnya dapet. Dan dari conclusion kemarin, soal mental health itu gue bakal terusin di topik ini. Tapi anyway, postingan ini bener-bener tentang fenomena yang gue alami entah datangnya dari diri ini atau manusia lain. Kalau ada kurang lengkap atau ga setujunya, yheu mon maap, daripada berdebat mari kita musyawarah untuk mufakat. Bukankah seperti itu lebih baik Katemi ? hahaha. Ngomonin the way how to love urself pasti fokus utamanya ada pada kebahagiaan, dan definisi bahagia setiap orang sudah pasti berbeda. Berhubung gue jomblo, jadi sebisa mungkin gue memaknai kehidupan yang menyenangkan ini sebagai jomblo. Buat kalian yang in relationship, pasti lah memaknai kebahagiaa

Instagram dan Twitter

Instagram dan Twitter “Tidak perlu terlihat paling sempurna untuk disukai, cukup apa adanya dan menjadi rumah” Cuplikan kalimat diatas mungkin cukup menggambarkan bagaimana twitter yang selama ini dilupakan karena Instagram. Beberapa pengguna mengatakan, twitter adalah rumah bagi mereka, instagram terlalu gaduh, sedang twitter selalu adem, meskipun isinya tulisan doang, “dari twitter-lah jokes-jokes receh itu lahir sebelum disebarluaskan menjadi meme, sebelum dijadikan story di instagram” Sebenarnya instagram dan twitter adalah dua hal yang jelas berbeda. Belakangan ini banyak sekali yang mengkritisi dan mencoba membanding-bandingkan, bagaimana kedua platform ini dalam memuaskan penggunanya. Kembali lagi, instagram diciptakan dengan basic share foto, twitter dibuat dengan basic tulisan. Membandingkan hal yang tidak pernah sebanding dari awal adalah sia-sia. Twitter memang tempatnya mereka yang introvert, yang ingin mengutarakan apa yang mereka rasa, karna SIAPA YANG PEDUL