Kayaknya lagi rame banget ya
gegara dua hari belakangan Jojo buka baju. Mungkin yang baru ngefans badminton
baru nggeh, sama Jonatan Christie. Doi emang cakep, setiap main mesti ganti baju di sela-sela pertandingan, bukan di akhir permainan. Kemarin sih biasa aja kalo dia ganti, tapi ga ngerti kenapa
belakangan bisa meledak banget soal fenomena “Jojo buka baju”. Usut punya usut,
terjadi karena kebanyakan orang kita itu “latah” sama fenomena beginian atau
memang ada beberapa pihak yang nge-salty-salty-in supaya jadi booming.
Gue gamau ngomong ini termasuk sexual harrashment atau engga. Karna
buat gue, personally, namanya pelecehan itu terjadi antara dua orang atau lebih. Kalo
misalnya lawan lo nggak merasa dilecehkan dan fine-fine aja. Yaudah berarti
gabisa dikategorikan sebagai pelecehan. Kalo bisa throwback, beberapa bulan kemarin influencer Indonesia, Gita Savitri juga mengalami hal yang sama. Disini bisa
dikategorikan sebagai sexual harrashment
karna doi emang ga nyaman dengan perlakuan si pelaku. Jadi, kalo doi fine-fine aja, yaudah, ga ada masalah.
Even kita sebagai manusia normal melihat itu sebagai tindakan pelecehan tapi
kalo doi diem bae, yaaaa, ngapain diributin?
Kemudian, gue sempet sekrol-sekrol
temlen di twitter. Dari atas sampai bawah isinya begituan semua “Rahim anget,
ovarium meledak-ledak, dadamu seakan mengajak berumah tangga” atau apalagi itu
gue gapaham ovarium meledak-ledak gimana rasanya. Tapi point yang gue tangkep
disini, banyak orang nganggep omongan ini termasuk dalam sexual harrashment. Well
said, ya serah orang mengkategorikannya sebagai apa. CUMAN yang gue garis bawahi, beberapa orang menganggap ini sebagai
kebebasan berekspresi, ada juga yang mengkaitkan denga kesetaraan gender. Dan
menurut mereka dua hal ini saling berkaitan.
Di Indonesia, kesetaraan gender
sampai sekarang masih dalam tahapan das Sollen, belum sampai das Sein. Dalam
keadaan ini kebebasan perempuan untuk berekspresi dan menyalurkan aspirasi
sexsual masih dihambat oleh relasi kuasa perempuan-laki2. Karne gue bukan
seorang feminist jadi gue gamau
banyak cakap, ilmu gue belom sampe sana. Yang gue tau selama ini femeninisme itu paham tentang kesetaraan,
literally, bener-bener setara, gaboleh ada omongan “Ya kan elo cowok, gue cewek”
gaboleh ada omongan kayak gitu. Dan hal-hal kayak gitu gabisa diterapin di
Indonesia. Karna, Indonesia sangat mengistimewakan yang namanya perempuan. Coba
liat dari jajaran menteri kabinet, ada menteri pemberdayaan perempuan tapi
nggak ada menteri pemberdayaan laki-laki. Lalu untuk beberapa case tertentu lowongan
pekerjaan itu dikhususkan untuk pelamar pria, perempuan gaboleh melamar. That’s it,
gabisa diterapin di negara ini.
The only thing yang mau gue
sampein,
“jangan karna kebebasan ekspresi,
lantas menjadikan orang berperilaku tidak beradab. Jangan karna mau bebas
berekspresi terus akhirnya jadi merendahkan diri sendiri ataupun orang lain.
Kesetaraan gender seharusnya kita jadikan untuk mengisi ruang-ruang peradaban
dengan kesempatan yang SETARA. Bukannya malah berlomba-lomba untuk menjadi tidak
beradab”
Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar